Kali ini temanya
sangat menggelitik sekali untuk dibahas. Salah satu etnis di Myanmar yaitu
Rohingnya yang mayoritas dihuni oleh muslim lagi-lagi mendapatkan pressure dari
pemerintahannya sendiri. Sedih sekali ketika membaca artikel tentang manusia
yang tidak dimanusiakan. Mereka memang etnis minoritas di Myanmar tapi haruskah
ada penindasan antar manusia?
Bahkan kalau mereka tau Allah pun memuliakan setiap makhluk-Nya. Tidak hanya Allah Tuhan yang aku sembah, bahkan semua agama mengajarkan untuk saling menghargai sesama umatnya. Toleransi selalu diajarkan diseluruh agama. Aku punya teman yang beragama budha dan hindu, mereka sangat menghargai perbedaan antara kami. Tapi kenapa di Myanmar mereka tidak memberikan tolernsinya itu. Krisis moralkah? Hilang empatikah?
Aku mau bahas krisis
ini dari sisi agamaku. Andai memberi tahu mereka semudah membalikkan telapak
tangan ini pasti sudah kulakukan dari awal. Tidak hanya Palestina yang perlu
kita bantu, Rohingnya pun perlu suara kita.
Cara Al-Qur’an Menghargai Hak-Hak Manusia
Allah swt berfirman,
مَن
قَتَلَ نَفْسَاً بِغَيْرِ نَفْسٍ او فَسَادٍ فِى الارْضِ فَكَانَّمَا قَتَلَ
النَّاسَ جَمِيعاً وَمَن احْيَاهَا فَكَانَّمَا احْيَا النَّاسَ جَمِيعاً
“Barangsiapa
membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain atau bukan
karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara
kehidupan semua manusia.” (QS.al-Ma’idah:32)
Bahkan di Al-Qur’an
pun sangat memuliakan sebuah nyawa. Al-Qur’an sangat
memperhatikan urusan menjaga darah, kehormatan dan harta manusia. Hingga satu
nyawa seseorang disamakan dengan seluruh nyawa manusia. Betapa
mirisnya ketika para penduduk Rohingnya didzolimi dengan kejinya.
Ayat yang lain adalah,
وَلَا يَجرِمَنَّكُم شَنَئَانُ
قَومٍ عَلَى الَّا تَعدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ اقْرَبُ لِلتَّقوَى
“Dan janganlah kebencianmu
terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah.
Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa.” (QS.al-Ma’idah:8)
Dalam artikel dw.com mengungkapkan pendapat Siegfried O. Wolf
(kepala bidang penelitian pada South Asia
Democratic Forum (SADF) di Brussel, dan peneliti pada Universitas
Heidelberg, Institut South Asis) yang menyatakan bahwa konflik di Rohingnya sebenarnya
bukan lagi konflik agama tetapi merupakan krisis yang lebih bersifat politis
dan ekonomis. Beliau mengkaji alasan kenapa Rohingnya mendapatkan penindasan di
wilayahnya sendiri. Jika dinalar dengan pemikiran yang lebih logis memang
seperti itu adanya keadaan disana.
Sekarang adalah
bagaimana cara kita menyikapi hal ini. Penindasan dan krisis moralitas serta
empati yang kian terkikis. Banyak pengungsi yang tewas dalam proses
pengungsiannya. Banyak yang kelaparan dan terkena penyakit karena mereka tidak
mendapat pengungsian yang layak. Berkaca dari keadaan ini banyak pemerintah
dari negara lain berusaha membujuk pemerintah Myanmar untuk memediasi keadaan
ini tapi mereka menolak.
Disini aku cuma mau bilang, mari kita belajar dari keadaan ini untuk memupuk rasa toleransi dan empati. Budaya kita orang Indonesia adalah masyarakat santun dan berempati tinggi. Jangan sampai berburuk sangka seperti yang terjadi di Myanmar. Kalau kita berusaha Allah pasti beri jalan koq. Jangan pernah mengajukan rasa egois diatas segalanya. Aku merasa ini miris sekali karena sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang sudah orang tuaku tanam dari aku kecil. Jangan sampai generasi kita yang selanjutnya seperti mereka yang krisis toleransi. Kita sebarkan rasa toleransi pada sesama manusia dan pertahankan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang demokratis dan beretika. Pegang teguh ajaran agama yang mengajarkan toleransi dan rasa saling menghargai. Jangan sampai identitas kita terkikis oleh kemajuan jaman dan keadaan lingkungan. Rajin-rajinlah mengkaji dan membaca arti ayat Al-Qur'an, bukan cuma kalian tapi akupun juga akan menggalakkan hal ini.
Bagikan
Save Rohingnya
4/
5
Oleh
Nafila Intan Naumi