Thursday, September 7, 2017

Selamatkan Penulis Indonesia




Sedang hangat sekali perbincangan ini dikalangan para penikmat sastra cetak. Semua menjadi kelam dengan berita pagi ini. Semua penulis merasa pilu karena ketidak adilan ini. Pembaca pun banyak berkeluh kesah didalam kicauan salah satu penulis Indonesia. Ingin ku bertanya kenapa hal tidak menyenangkan ini muncul disaat banyak daun muda yang mulai mengepakkan sayapnya di dunia perbukuan.


Pagi ini aku lihat di instastory Boy Candra yang mengeluhkan tingginya harga pajak dari mencetak kayanya. Tidak hanya Boy Candra, tetapi ada juga penulis lain yaitu Tere Liye, Dee Lestari dan Eka Kurniawan. Di sisi lain dilansir di laman CNN penerbit juga bersuara dengan tigginya harga pajak ini. Mereka juga mengeluhkan harga sumber bahan baku, bea cukai, pajak yang tinggi. Baca lebih lengkapnya disini.

 

Aku pribadi sebagai penikmat sastra merasa miris dengan keadaan ini. Dan lebih menyedihkannya lagi adalah kini Tere Liye tidak akan melanjutkan kembali cetak mencetak karyanya. Tere Liye mengungkapkan mundurnya dia dari dunia percetakan pada hari Selasa, 5 September 2017 di laman resminya (klik disini). Kemunduran Tere Liye ini benar-benar membuat banyak anak muda terluka, banyak yang mempertanyakan kenapa dan bagaimana dia akan tetap berkarya.

Kemunduran salah satu penulis ternama ini karena salah satunya adalah pajak yang dia terima melebihi kapasitasnya. Percetakan pun berkata semakin populernya penulis maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar, tergantung jumlah pencetakan bukunya. Hal ini dijelaskan juga oleh Tere Liye di lama resminya (klik disini). Tak tinggal diam. Dia sudah berusaha menyuarakan keluh kesahnya melalui surat kepada pemerintah terkait, namun tidak ada tanggapan sama sekali. Hal ini lah yang membuat dia memutuskan untuk mundur dari dunia percetakan sejak Juli 2017. Dan penjualan bukunya akan berhenti di bulan Desember 2017.

Faktor lain yang membuatnya berhenti adalah banyaknya cetakan bajakan yang menyebar luas. Dia hanya tertawa miris mengetahui kenyataan seperti ini. Bukan keinginannya untuk berhenti, tapi keadaan yang memaksanya untuk berhenti. Tapi dia tidak akan berhenti untuk menulis. Menulis dan membaca adalah jendela dari semua jendela. Dia sadar akan itu. Dia menghargai pembacanya yang selalu menanti karyanya. Dia berusaha yang terbaik dan aku salut dengan keteguhannya itu.

Bagaimana pemuda negeri ini bisa lebih berkembang, ketika ada satu pemuda berkarya tapi ada saja halangannya. Aku menyuarakan ini karena merasa bahwa penulis perlu mendapat perhatian tersendiri. Bukan karena mereka ingin mencari muka dengan karyanya, tapi mereka ingin membuka lebih luas cara pandang generasi milenial ini. Hanya sastra lah yang cocok bagi mereka untuk membuka mata genersi yang serba kata romantis.

Aku harap banyak yang bisa lebih menghargai karya menulis dengan adanya postingan ini. Belilah barang asli untuk mendukung karya mereka. Dan aku harap masalah pajak ini mendapatkan jalan tengah antara penulis dengan pemetintah terkait. Aku tidak menyalahkan satu dan lain pihak. Aku hanya ingin kalian membuka mata kalian, banyak yang patut dihargai di luar sana yang salah satunya adalah buku. Pahami dengan seksama dan dimaknai kata-katanya.

Salam literasi.

Bagikan

Jangan lewatkan

Selamatkan Penulis Indonesia
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.